BANYU PINARUH SEBAGAI PENYUCIAN DIRI UMAT HINDU

BANYU PINARUH SEBAGAI PENYUCIAN DIRI UMAT HINDU

OLEH:
NI MADE SUKARTINI, S.Pd.H.


Om Swastyastu
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvataha ;
semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

Yang saya sucikan Jero Mangku Lanang lan Istri
Yang saya hormati bapak Parisada Hindu Dharma serta
Umat sedharma yang berbahagia
Puji dan syukur patut kita panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya lah umat sedharma dapat berada di tempat ini untuk melaksanakan persembahyangan purnama tilem. Sebelum melaksanakan persembahyangan saya ingin membagi sedikit informasi yang saya miliki guna menambah wawasan bagi kita semua. Pada kesempatan ini saya akan mengakat tema mengenai Banyu Pinaruh Sebagai Penyucian Diri Umat Hindu yang merupakan salah satu runtutan dalam pelaksanaan hari raya saraswati.
Umat sedharma yang saya muliakan.
Hari Raya Saraswati di Indonesia secara umum dimaknai sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan. Beberapa kalangan memaknai Saraswati sebagai hari penyucian diri. Penyucian diri ini dilakukan dengan membaca dan merenungkan ajaran-ajaran suci semalam suntuk. Tapa, Brata, Yoga, dan Samadhi juga dilakukan untuk meningkatkan kesucian diri pada hari ini.
Setelah selesai melaksanakan Hari Raya Saraswati, keesokan harinya yaitu pada Redite Paing wuku Sinta umat Hindu menyambut hari Banyu Pinaruh. Secara etimologi Banyu Pinaruh berasal dari kata “banyu” yang berarti air dan “pinaruh” (pinaweruh) yang berarti pengetahuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Banyu Pinaruh mengandung arti “air yang menyebabkan seseorang menjadi tahu tentang sesuatu“.
Umat Hindu menyambut hari Banyu Pinaruh itu dengan melaksanakan penyucian diri dengan cara mandi atau membasuh muka sebagai simbol pembersihan diri. Hal itu dilakukan pada tempat-tempat sumber mata air, pantai, danau dan sebagainya. Selain itu umat Hindu juga memohon tirtha atau air suci Banyu Pinaruh sebagai simbol telah meminum ilmu pengetahuan. Akan tetapi prosesi bermakna untuk membersihkan kegelapan pikiran yang melekat pada tubuh manusia, dengan ilmu pengetahuan atau mandi dengan ilmu pengetahuan.
Umat sedharma yang berbahagia
Pelaksanaan dan tetandingan banten disebutkan dalam babad bali, banyu pinaruh (pinaweruh). Asucilaksana, pelaksanaannya di pagi hari (mandi, keramas dan berair kumkuman). Upakara (tetandingan banten), diaturkan antara lain labaan nasi pradnyan, jamu sad rasa dan air kumkuman. Setelah diaturkan pasucian/kumkuman labaan dan jamu, dilanjutkan dengan nunas kumkuman, muspa atau sembahyang, matirta,nunas jamu dan labaan Saraswati/nasi pradnyan barulah upacara diakhiri/lebar. Sumber-sumber sastra yang menguraikan tentang pentingnya penyucian diri dengan melakukan mandi suci banyak sekali jumlahnya. Dalam Manawa Dharma Sastra V.109 dinyatakan bahwa:
adbhir gatrani suddyanti, manah satyena suddhyati, vidyatapobhyam bhutatma, buddhir jnanena suddhyati.
 Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, jiwa manusia dengan pelajaran suci dan tapa brata, kecerdasan dengan pengetahuan yang benar (2002:222)
 Dalam lontar Wratisasana juga dijelaskan mengenai bermacam-macam sarana penyucian diri. Dijelaskan bahwa ada enam sarana penyucian diri yang disebut dengan Sat Snana. Keenam sarana penyucian diri tersebut yaitu: Agneya, Warun, Brahmya, Wayawya, Manasa, Prtiwi, dan Widya.
 Agneya ialah penyucian dengan sarana abu suci, adapun waruna adalah (penyucian) dengan cara menyelam ke dalam air. Brahmya adalah penyucian dengan sarana mantra. Adapun wayawya adalah penyucian dengan sarana dengan membenamkan diri dalam air sampai kepala, karena kena pusaran debu, dari kaki sapi, yang dihalau di tanah yang suci.
Umat sedharma yang berbahagia
Mungkin hanya itu yang bisa saya bawakan pada kesempatan ini, semoga apa yang saya bawakan membawa hikmah bagi kita semua. Sebelum saya tutup saya ucapkan panganjali umat.

Om Santi Santi Santi Om

Tidak ada komentar: