MAKNA
HARI RAYA SARASWATI
Oleh:
NI MADE SUKARTINI, S.Pd.H.
Om Avignam Astu
Nama Sidham
0m anobadrah kertawiyantu wiswatah
Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.
Yang saya hormati bapak parisadha kel. Penanggo Jaya, yang saya
sucikan jero mangku serta umat sedarma yang berbahagia. Puji syukur kita haturkan kehadapan Ida Sang
HyangWidhi Wasa atas Asung Kerta Wara NugrahaNya. Sehingga hari ini kita dapat
berkumpul bersama disini untuk
melaksanakan acara persembahyangan
rahinan saraswati.
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas waktu yang diberikan pada saya untuk membawakan dharma wacana pada kesempatan ini. Mengingat hari ini adalah rahinan saraswati, untuk itu saya mengambil tema “MAKNA HARI RAYA SARASWATI” . Kenapa mengambil tema ini, karena seiring perkembangan zaman saya melihat utamanya pelajar sudah mulai kurang memahami makna dari hari raya Sarawati ini.
Pertama-tama saya ucapkan terima kasih atas waktu yang diberikan pada saya untuk membawakan dharma wacana pada kesempatan ini. Mengingat hari ini adalah rahinan saraswati, untuk itu saya mengambil tema “MAKNA HARI RAYA SARASWATI” . Kenapa mengambil tema ini, karena seiring perkembangan zaman saya melihat utamanya pelajar sudah mulai kurang memahami makna dari hari raya Sarawati ini.
Umat
sedharma yang berbahagia,
Seharusnya
kita bersyukur menjadi umat hindu, kenapa? Karena umat hindu banyak memiliki hari suci keagamaan. Perayaan hari – hari suci
keagamaan merupakan sarana untuk menghaturkan rasa terima kasih dan bersyukur
kehadapan Hyang Widhi Wasa. Salah satu hari suci tersebut adalah Hari Saraswati
yang datangnya setiap enam bulan sekali tepatnya sabtu umanis Wuku watugunung .
timbul pertanyaan dalam hati. Sudahkah kita bersyukur pada setiap Hari Sarawati
tiba?
Dalam perayaan hari raya Sarasvati hendaknya setiap
umat merenung dan mencari penyadaran kedalam diri sendiri. Karena jika sudah
menemukan penyadaran dalam diri sendiri maka itulah hakekat pengetahuan yang
tertinggi. Berbicara tentang Saraswati, Beliau adalah lambang suatu tingkat
kesempurnaan dimana mengandung nilai – nilai : Satyam (Kebenaran), Shivam (kemuliaan) dan Sundaram (keindahan). Karena tanpa adanya ketiga nilai ini maka pengetahuan
itu hambar seperti sayur tanpa garam.
Ilmu pengetahuan merupakan salah satu unsur untuk meningkatkan
tarap hidup manusia. Betapa pentingnya ilmu pengetahuan itu bagi manusia
sehingga di dalam ajaran Agama Hindu diabadikan dalam bentuk simbolis Dewi
Sarasvati. Sarasvati adalah sebuah nama suci untuk menyebutkan sosok Dewi Ilmu
Pengetahuan. Kata Sarasvati berasal dari kata “saras” dan “vati”. Saras
memiliki arti mata air, terus menerus atau sesuatu yang terus menerus mengalir.
Sedangkan kata vati berarti memiliki. Ilmu pengetahuan itu
sifatnya mengalir terus-menerus tiada henti-hentinya ibarat sumur yang airnya
tiada pernah habis meskipun tiap hari ditimba untuk memberikan hidup pada umat
manusia.
Umat
sedharma yang berbahagia,
Di India maupun di Bali, Dewi Saraswati dilukiskan sebagai Dewi yang sangat cantik dan bertangan empat yang masing-masing memegang
Genitri , kropak, Wina dan Teratai serta didekatnya, terdapat burung merak dan
angsa. Semua lukisan (lambang) di atas merupakan suatu simbol yang
masing-masing memiliki makna :
1. Dewi
yang cantik dan berwibawa menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan itu adalah
sesuatu yang amat menarik dan mengagumkan. Kecantikan Dewi Saraswati bukanlah
kemolekan yang dapat merangsang munculnya nafsu birahi.
Memang orang yang berilmu itu akan menimbulkan
daya tarik yang luar biasa. Karena itu dalam Kakawin Niti Sastra ada disebutkan
bahwa orang yang tanpa ilmu pengetahun, amat tidak menarik biarpun yang
bersangkutan muda usia, sifatnya bagus dan keturunan bangsawan. Orang yang
demikian ibarat bunga merah menyala tetapi tanpa bau harum sama sekali
2. Kropak ialah lambang dari sumber ilmu pengetahuan.
3. Genitri
adalah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu tiada habis-habisnya. Genitri juga
lambang atau alat untuk melakukan japa. Ber-japa yaitu aktivitas spiritual
untuk menyebut nama Tuhan berulang-ulang. Ini pula berarti, menuntut ilmu
pengetahuan merupakan upaya manusia untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Ini
berarti pula, ilmu pengetahuan yang mengajarkan menjauhi Tuhan adalah ilmu yang
sesat.
4. Wina
yaitu sejenis alat musik, yang di Bali disebut rebab. Suaranya amat merdu dan
melankolis. Ini melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu mengandung keindahan
atau estetika yang amat tinggi.
5. Bunga
Teratai/Lotus,mampu tumbuh dengan subur dan menghasilkan bunga yang indah
walaupun hidupnya di atas air yang kotor.Teratai melambangkan kesucian Hyang
Widhi dan merupakan simbul dari ilmu pengetahuan itu sangat suci.
6. Angsa
adalah jenis binatang unggas yang memiliki sifat-sifat yang baik yaitu tidak
suka berkelahi dan suka hidup harmonis. Angsa juga memiliki kemampuan memilih
makanan. Meskipun makanan itu bercampur dengan air kotor tetapi yang masuk ke
perutnya adalah hanya makanan yang baik saja, sedangkan air yang kotor keluar
dengan sendirinya. Demikianlah, orang yang telah dapat menguasai ilmu
pengetahuan, kebijaksanaan mereka memiliki kemampuan wiweka. Wiweka artinya
suatu kemampuan untuk membeda-bedakan yang baik dengan yang jelek dan yang
benar dengan yang salah.
7. Burung
merak adalah lambang kewibawaan. Orang yang mampu menguasai ilmu pengetahuan
adalah orang yang akan mendapatkan kewibawaan.
Umat
sedarma yang berbahagia,
Dengan memiliki pengetahuan maka kita akan menjadi
orang “tahu” atau mengetahui berbagai hal baik tentang hakekat /keberadaan
hidup itu sendiri, maupun cara/jalan semestinya dilakukan dalam hidupnya. Maka
jika kita tidak berpengetahuan, kita dipersaamakan dengan orang buta masuk gua
(sudah buta masuk gua pula alangkah gelapnya). Dalam kondisi seperti itu, jelas
kita akan banyak membuat kesalahan, yang
artinya banyak membuat dosa dalam hidup. Atas dasar pemahaman itu maka
orang yang memiliki ilmu pengetahuan dijamin akan terhindar dari dosa.
Demikialah
sedikit pesan dharma yang dapat saya sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi
kita semua. Apabila ada kata-kata saya yang kurang berkenan di hati umat sedharma sekalian saya
mohon maaf dan kehadapan Brahman saya mohon ampun.
Karena pepatah mengatakan “tan hhana wang sweta nulus” tidak
ada manusia yang sempurna. Saya
ucapkan terima ksih atas perhatiannya dan saya akhiri dengan mantram puja santih.
Om śāntih śāntih śāntih om
Tidak ada komentar:
Posting Komentar