Oleh:
Ni
Made Sukartini, S.PdH.
Om
Swastyastu
Om
Anobhadrah krtavoyanthu visvataha ;
semoga
pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Yang saya sucikan jero mangku,
Yang saya hormati bapak parisadha,
serta Umat sedharma yang berbahagia,
Puji syukur patut kita panjatkan
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wase, atas asung kertha ware nugraha-Nyalah kita
pada kesempatan ini dapat berkumpul ditempat ini guna melaksanakan
persembahyangan purnama tilem ini. Tema yang akan saya bawakan kali ini
mengenai Makna dan Fungsi Buah dalam Pandangan Hindu.
Umat sedharma yang berbahagia.
Buah, secara arti kata disebut sebagai, bagian
tumbuhan yang berasal dari bunga atau putik, biasanya berbiji. Buah juga dapat
diartikan sebagai, pendapatan; hasil; akibat, dan lain sebagainya tergantung
konteks kalimat atau kata yang menyertainya. Secara umum, dalam konteks banten
buah yang dimaksud adalah hasil produksi dari tumbuhan melalui proses pembuahan
dari bunga. Atas dasar ini, buah dapat diartikan sebagai hasil produksi
dari suatu proses fotosintesis tumbuhan dengan suatu phenomena atau kemujizatan
alam. Jika buah merupakan “hasil” dari suatu karya agung tumbuh-tumbuhan, maka makna
dan fungsi buah dapat dikaji dari proses ini. Pada proses terjadinya buah
secara fotosintesis, pada awalnya tanaman mendapatkan makanan dari dalam tanah
(unsur bhutakala/Danawa), udara serta sinar matahari dari alam (unsur Dewa/Madawa),
serta mendapat pemeliharaan dan perawatan dari manusia (unsur Manawa). Sebelum
terjadinya buah, tiga unsur memegang peranan penting yaitu, bhutakala, Dewa,
dan Manusia. Atas dasar ini sangat mudah dimengerti bahwa, buah
sebagai produk tumbuh-tumbuhan dihasilkan karena “saham” dari Bhutakala,
Dewa, dan Manusia, sehingga secara wajar ketiga penanam “saham”
tersebut berhak atas hasil (buah) bersangkutan. Jadi persembahan buah dimaksudkan
pengembalian “saham” atau “modal” kepada yang berhak. Sehingga, makna buah sebagai
persembahan dalam suatu upacara yajña dapat diartikan pengembalian unsur
alamiah kepada yang berhak sehingga keharmonisan dan keseimbangan alam tetap
terjaga.
Buah, juga bermakna hasil, sehingga dalam konteks karma
, buah dikatakan sebagai phala yang wajib dipersembahkan kehadapan
Ida Sang Hyang Widhi sehingga manusia tidak terikat akan hasil kerja, dan
menjadikan kerja sebagai persebahan, brahma karma samadhinah. Pada intinya,
buah diartikan secara leksikal berdasarkan jenis buah yang dijadikan pondasi
atau dasar persembahan, misalnya pisang atau biyu kayu dalam banten
pejati diartikan biu kayu nga; hyuning citta maring hayu; biu
ngaran hayu, kayu ngaran kayun, yang maksudnya sebagai lambang pikiran yang
suci dan jernih.
Contoh lain, buah kelapa dalam daksina mempunyai
makna sebagai lambang alam semesta yang sering dikenal sebagai bhuwana agung.
Secara simbolis alam semesta beserta susunannya dapat dipahami melalui analogi
buah kelapa. Dalam pustaka lontar Aji Sangkya disebutkan bahwa buah kelapa dalam
setiap persembahan atau bebanten mempunyai makna atau perlambang alam
semesta dengan empat belas lapisan yang terbagi atas tujuh lapisan alam atas (sapta
loka) dan tujuh lapisan alam bawah (sapta patala). Lambang sapta
patala dalam buah kelapa terdiri dari ; 1) air kelapa sebagai lambang
alam/wilayah mahatala, 2) bagian isi kelapa yang lembut lambang
alam/wilayah tala-tala, 3) isi kelapa yang putih sebagai lambang
alam/wilayah tala, 4) lapisan pada isi kelapa sebagai simbol alam antala,
5) lapisan isi bagian dalam yang keras merupakan perlambang wilayah sutala,
6) lapisan tipis paling dalam yang berwarna coklat merupakan lambang wilayah nitala,
dan 7) batok kelapa merupakan lambang wilayah patala. Sementara lambang sapta
loka pada buah kelapa disebutkan. 1) Bulu batok kelapa sebagai perlambang bhur
loka, 2) serat saluran kelapa merupakan lambang bhwah loka, 3) serat
serabut basah sebagai lambang swah loka, 4) serabut basah perlambang maha
loka, 5) serabut kering merupakan simbolik jnana loka, 6) kulit
serat kering perlambang tapa loka, dan 7) kulit serat kering bagian luar
merupakan wilayah satya loka.
Umat sedharma yang berbahagia,
Penggunaan buah dalam upacara yajña juga bermakna
simbolik badan manusia yang mengandung benih kehidupan. Hal ini disimbolisasi
bahwa pada umumnya buah mengandung biji dan biji buah merupakan benih kehidupan
atau bakal tumbuhan. Atas dasar ini buah juga diartikan sebagai bija atau
benih kehidupan yang mempunyai pengertian sebagai brahmananda (telurnya
Brahma). Karena benih kehidupan berasal dari Ida Sang Hyang Widhi maka
persembahan buah sebagai benih kehidupan bermakna pengembalian benih tersebut
kepada pemilik-Nya dalam upaya menjaga keseimbangan alam.
Pada intinya, buah sebagai persembahan mempunyai
makna penyerahan diri yang tulus ikhlas kehadapan Sang Pencipta sebagai
perwujudan rasa bhakti atas karunia-Nya. Buah mempunyai makna dan fungsi yang
sakral karena berarti segala sesuatu akan kembali ke asalnya. Hal ini dapat
diartikan dari suku kata pha dan lam . Pha berarti asal
dan lam berarti kembali. Jadi persembahan buah atau phalam mempunyai
makna bahwa sesungguhnya seluruh umat manusia pasti akan kembali kepada Sang
Pencipta sebagai tempat asal dari mana seluruh makhluk bermula. Konsep ini
merupakan implementasitasi dari falsafah mosartham jagadhita ya ca iti
dharma yang berarti, bahwa kewajiban utama umat manusia adalah menjaga
keseimbangan alam semesta secara duniawi maupun spiritual. Persembahan buah
merupakan realita dari tujuan mulia di maksud.
Demikianlah pesan
dharma saya pada kesempatan ini, semoga memberi manfaat bagi kita semua, akhir
kata saya tutup dengan paramasantih, Om Santih Santih Santih Om
Tidak ada komentar:
Posting Komentar