CATUR WARNA SEBAGAI PENGGOLONGAN PROFESI BUKAN PENGGOLONGAN KASTA DI DALAM MASYARAKAT HINDU



CATUR WARNA SEBAGAI PENGGOLONGAN PROFESI BUKAN PENGGOLONGAN KASTA DI DALAM MASYARAKAT HINDU
Oleh:
Ni Made Sukartini, S.PdH.

Om Swastyastu
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvataha ;
semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru

Yang saya sucikan jero mangku,
Yang saya hormati bapak parisadha,
serta Umat sedharma yang berbahagia,

Puji  syukur patut kita panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wase, atas asung kertha ware nugraha-Nyalah kita pada kesempatan ini dapat berkumpul ditempat ini guna melaksanakan persembahyangan purnama tilem ini. Tema yang akan saya bawakan kali ini mengenai Kesalahan Persepsi atau sudut pandang masyarakat terhadap Catur Warna, dalam hal ini saya rangkai dengan judul Catur Warna Sebagai Penggolongan Profesi Bukan Penggolongan Kasta Di Dalam Masyarakat Hindu.
Umat sedharma yang berbahagia.
Kata Catur Warna berasal dari bahasa Sanskerta yang terdiri dari kata ''Catur" berarti empat dan kata "warna" yang berasal dari urat kata Wr (baca: wri) artinya memilih. Catur Warna berarti empat pilihan hidup atau empat pembagian dalam kehidupan berdasarkan atas bakat (guna) dan ketrampilan (karma) seseorang, serta kwalitas kerja yang dimiliki sebagai akibat pendidikan, pengembangan bakat yang tumbuh dari dalam dirinya dan ditopang oleh ketangguhan mentalnya dalam menghadapi suatu pekerjaan. Empat golongan yang kemudian terkenal dengan istilah Catur Warna itu ialah: Brahmana, Ksatrya, Wesya, dan Sudra. Adapun keempat golongan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1.     Warna Brahmana
Disimbulkan dengan warna putih, adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kerohanian keagamaan.
2.     Warna Ksatrya
Disimbulkan dengan warna merah adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdian dalam swadharmanya di bidang kepemimpinan, keperwiraan dan pertahanan keamanan negara.


3.     Warna Weisya
Disimbulkan dengan warna kuning adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang kesejahteraan masyarakat (perekonomian, perindustrian, dan lain- lain)
4.     Warna Sudra
Disimbulkan dengan warna hitam adalah golongan fungsional di dalam masyarakat yang setiap orangnya menitikberatkan pengabdiannya di bidang ketenagakerjaan.

Umat sedharma yang berbahagia, itulah empat golongan warna dalam hindu yang terdapat di dalam sastra-sastra. Bukan seperti golongan-golongan yang diterapkan oleh masyarakat hindu bali akhir-akhir ini. Seperti yang tertuang di dalam Bagawad gita,
Caturwarnyam maya srishtam Guna karma wibhagasah, Tasya kartaram api mam Vidhdhy akartaram avyayam (Bhagavad-Gita IV.13)
Artinya:
Catur Warna adalah ciptaan-Ku menurut pembagian kwalitas kerja, Meskipun aku sebagai penciptanya, ketahuilah aku mengatasi gerak dan perubahan
Dalam ajaran agama Hindu, status seseorang didapat sesuai dengan pekerjaannya. Dalam konsep tersebut diuraikan bahwa meskipun seseorang lahir dalam keluarga Sudra ataupun Waisya, apabila ia menekuni bidang kerohanian sehingga menjadi pendeta, maka ia berhak menyandang status Brahmana (rohaniwan). Jadi, status seseorang tidak didapat semenjak dia lahir melainkan didapat setelah ia menekuni suatu profesi atau ahli dalam suatu bidang tertentu.
Umat Sedharma yang berbahagia,
Di Dalam Wiracarita Maha Barata juga dijelaskan bahwa sifat- sifat Brahmana ialah: jujur, suka beramal/ berderma, pemaaf, pelindung, takwa, cenderung untuk melakukan pertapaan dan menjadi seorang pemimpin umat dalam melakukan persembahyangan. Dan dijelaskan pula bahwa kelahiran anak dari seorang Sudra yang dikatakan mempunyai sifat- sifat seperti tersebut di atas, mereka bukanlah Sudra tetapi mereka adalah Brahmana. Tetapi seorang keturunan Brahmana yang tidak mempunyai sifat- sifat seperti itu, maka ia sesungguhnya Sudra.
Titik lemah yang menghitami agama Hindu adalah penyimpangan pengertian WARNA yang sebenarnya menurut kitab suci Weda menjadi Kasta (caste: keturunan).Sabda suci Tuhan menegaskan bahwa setiap profesi memiliki kedudukan yang sama dan mulia. apakah sebuah sekrup pada sebuah mesin dapat dibandingkan dengan sebuah busi? orang mungkin melihat busi itu sangat vital, tetapi bila sebuah sekrup yang menghubungkan ke aki tidak ada/tak berfungsi, mesin tidak dapat dinyalakan (hidup).
Semua profesi memiliki kedudukan yang sejajar, baik itu sudra, weisya, ksatria dan brahmana, sama-sama memiliki kedudukan mulia. Pengertian WARNA menurut pembawaan dan fungsinya dibagi menjadi empat berdasarkan kewajiban. Orang dapat mengabdi sebesar mungkin menurut pembawaannya. Disini ia dapat melaksanakan tugasnya dengan rasa cinta kasih dan keikhlasan sesuai dengan ajaran agama hindu.
Berikut ini sloka suci tentang persamaan kedudukan catur warna tersebut.
rucam no dhehi brahmanesu, rucam rajasu nas krdhi, rucam visyesu sudresu mayi dhehi ruca rucam (Yayur Weda XVIII.48)
artinya:
ya Tuhan, bersedialah memberikan kemuliaan pada para brahmana, para ksatria, para weisya dan para sudra. semoga engkau melimpahkan kecemelangan yang tidak habishabisnya kepada kami.

Umat sedharma yang berbahagia,
Begitu banyak sloka, yang menegaskan bahwa warna adalah pembagian fungsional manusia di dalam kehidupannya. Bukan berdasarkan garis keturunannya. Lalu mengapa kita masih bersedia terbelenggu dengan kesalahan masa lalu, yang semakin lama akan menyesatkan kita dan anak cucu kita. Dan saya tekankan kembali di sini, Kasta berasal dari bahasa Portugis “Caste” adalah struktur sosial yang berjenjang dalam tatanan feodalisme dimana untuk kepentingan status-quo telah menyimpangkan filosofi Warna.
Umat sedharma yang berbahagia, kita sudah terlanjur nyaman dengan keadaan ini sehingga tidak ingin untuk merubahnya meskipun kita sebenarnya sama-sama sudah mengetahuinya. Tapi setelah mendengar pesan dharma ini, semoga umat sedharma sekalian bisa perlahan-lahan mulai merubah konsep catur  kasta, catur wangsa menjadi Catur Warna sesuai dengan ajaran weda. Akhir kata saya tutup dengan paramasantih
Om Santih-Santih Santih Om

Tidak ada komentar: