MAKNA HARI
RAYA PAGERWESI
OLEH:
NI MADE SUKARTINI, S.Pd.H.
Om Swastyastu
Om Anobhadrah krtavoyanthu visvataha ;
semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru
Yang saya sucikan Jero Mangku Lanang lan Istri
Yang saya hormati bapak Parisada
Hindu Dharma serta
Umat sedharma yang berbahagia
Marilah kita tidak henti-hentinya
memanjatkan puji dan syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas Asung
Kertha Wara Nugrahanyalah sehingga kita bisa berada ditempat ini guna
melaksanakan persembahyangan purnama tilem.
Umat sedharma yang berbahagia
Menyambut
hari raya Pagerwesi, tentu tidak lengkap rasanya tanpa tahu makna hari raya
Pagerwesi itu sendiri. Hari
Raya Pagerwesi dilaksanakan pada hari Budha (Rabu) Kliwon Wuku Shinta. Sama
halnya dengan Galungan, Pagerwesi termasuk pula rerahinan gumi, artinya hari
raya untuk semua masyarakat, baik pendeta maupun umat walaka.
Dalam lontar Sundarigama disebutkan:
"Budha Kliwon Shinta Ngaran Pagerwesi
payogan Sang Hyang Pramesti Guru kairing ring watek Dewata Nawa Sanga ngawerdhiaken
sarwa tumitah sarwatumuwuh ring bhuana kabeh."
Artinya:
Rabu Kliwon Shinta disebut Pagerwesi
sebagai pemujaan Sang Hyang Pramesti Guru yang diiringi oleh Dewata Nawa Sanga
(sembilan dewa) untuk mengembangkan segala yang lahir dan segala yang tumbuh di
seluruh dunia.
Kata "Pagerwesi" artinya pagar dari besi. Ini
melambangkan suatu perlindungan yang kuat. Segala sesuatu yang dipagari berarti
sesuatu yang bernilai tinggi agar jangan mendapat gangguan atau dirusak. Hari
Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari untuk memagari
diri yang dalam bahasa Bali disebut magehang awak. Pada hari raya
Pagerwesi ini juga adalah hari yang paling baik untuk mendekatkan Atman kepada
Brahman sebagai guru sejati. Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan
"pagar besi" untuk melindungi hidup kita di dunia ini.
Umat
sedharma yang saya muliakan,
Dalam
perayaan Pagerwesi ini umat memuja Sang Hyang Widi dalam manifestasinya sebagai
Siwa Mahaguru atau Sang Hyang Pramesti Guru (guru dari segala guru). Sang Hyang
Paramesti Guru adalah nama lain dari Dewa Siwa sebagai manifestasi Tuhan untuk
melebur segala hal yang buruk. Dalam kedudukannya sebagai Sanghyang Pramesti
Guru, beliau menjadi gurunya alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru
sama dengan hidup tanpa penuntun, sehingga tanpa arah dan segala tindakan jadi
ngawur. Lewat bimbingan gurulah kita dapat mengusai pengetahuan dengan baik.
Untuk
mempelajari ilmu pengetahuan yang diturunkan saat Saraswati, kita sesungguhnya
memerlukan guru. Dalam hal ini peran guru sangatlah mulia. Saat Pagerwesilah
umat memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai mahaguru. Setelah umat mendapat
ilmu pengetahuan, teori pengetahuan itu perlu dipraktikkan atau
diimplementasikan. Dalam mengimplementasikan itu perlu guru pembimbing agar
tidak disalahgunakan.
Umat
sedharma yang saya muliakan,
Umat Hindu mengenal ajaran Catur Guru dan Guru Susrusa, di mana
umat diajarkan untuk senantiasa hormat dan bakti kepada Guru termasuk guru
spiritual. Kita di Indonesia tentu bisa menjadikan Pagerwesi sebagai waktu yang
tepat untuk melakukan Guru bhakti. Dibenak kita semua tentu sering muncul
pertanyaan, apakah di India memiliki Hari Raya seperti yang kita rayakan di
Bali. Jawabannya Ya, hanya namanya yang berbeda tetapi maknanya saman.
Di India sendiri, umat Hindu memiliki hari raya yang disebut Guru
Purnima dan hari raya Walmiki Jayanti. Upacara Guru Purnima pada intinya adalah
hari raya untuk memuja Resi Vyasa berkat jasa beliau mengumpulkan dan mengkodifikasi
kitab suci Weda. Resi Vyasa pula yang menyusun Itihasa Mahabharatha dan Purana.
Resi Vyasa sendiri memang diyakini sebagai Adi Guru Loka yaitu gurunya
alam semesta. Sedangkan Walmiki Jayanti dirayakan setiap bulan Oktober pada
hari Purnama. Walmiki Jayanti adalah hari raya untuk memuja Resi Walmiki yang
amat berjasa menyusun Ramayana. Sama dengan Resi Vyasa, Resi Walmiki pun dipuja
sebagai Adi Guru Loka yaitu maha gurunya alam semesta.
Dengan demikian kiranya hari suci Pagerwesi di Indonesia dengan Hari
Raya Guru Purnima dan Walmiki Jayanti memiliki semangat yang searah untuk
memuja Tuhan dan Rsi sebagai guru yang menuntun manusia menuju hidup yang kuat
dan suci. Nilai hakiki dari perayaan Guru Purnima dan Walmiki Jayanti dengan
Pegerwesi dapat dipadukan. Namun bagaimana cara perayaannya, tentu lebih tepat
disesuaikan dengan budaya atau tradisi masing-masing tempat. Yang penting
adalah adanya pemadatan nilai atau penambahan makna dari memuja Sanghyang
Pramesti Guru ditambah dengan memperdalam pemahaman akan jasa-jasa para Rsi,
seperti Rsi Vyasa, Rsi Walmiki dan Rsi-rsi yang sangat berjasa bagi umat Hindu
di Indonesia khususnya. Sebagaimana biasa, umat Hindu melakukan persembahyangan
di Pura atau bisa juga di rumah/merajan masing-masing. Persembahyangan umumnya
dilakukan pada pagi hingga siang hari, sekalipun ada pula yang sembahyang pada
sore hari. Sedangkan menurut pedoman sastra, pada tengah malam umat dianjurkan
untuk melakukan meditasi (yoga dan samadhi).
Umat sedharma yang berbahagia,
Sebelum saya akhiri dharma wecana ini, secara garis besar saya
menyimpulkan makna dari Hari Raya Pagerwesi
yaitu hidup tanpa guru sama
dengan hidup tanpa penuntun, dengan adanya guru kita bisa mengetahui mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak
boleh dilakukan, tanpa guru kita bisa kehilangan arah dari tujuan semula sehingga
tindakan bisa jadi salah arah . Pengetahuan sejati itulah sesungguhnya merupakan “pager besi”
untuk melindungi hidup kita di dunia dan di alam lain nanti. Pengetahuan akan lebih
bermakna dan berarti bila ada Guru yang membimbing, mengajarakan dan mengayomi.
Mudah-mudahan
apa yang saya bawakan pada hari ini, bisa menambaah wawasan kasanah kehinduan
kita semua. Akhir kata saya ucapkan Parama Santi
Om Santi
Santi Santi Om
Tidak ada komentar:
Posting Komentar